Tak seperti hari-hari sebelumnya, hari
ini aku bangun lebih pagi daripada suami dan juga anak-anakku. Aku menyiapkan
sarapan mereka, aku membereskan seisi rumah, aku benar-benar baru merasa
seperti ibu rumah tangga kembali. Dua pembantu telah suamiku pecat. Tak ada
orang lain di dalam rumah ini, kini hanya ada suamiku, aku, dan kedua anakku.
Aku memberikan senyuman termanis pada ketiga orang yang saat ini benar-benar sedang
lahap memakan sarapan yang telah aku buat. Mereka benar-benar mampu menghargai
apa yang telah aku perbuat. Mereka benar-benar menyayangiku. Mereka benar-benar
selalu berusaha membuatku bahagia. Mereka benar-benar mampu menghormati
satu-satunya wanita yang ada di rumah ini. Aku tak mungkin menyia-nyiakan kasih
sayang mereka. Aku tak mungkin menyia-nyiakan kasih sayang mereka demi masa
lalu. Tak mungkin.
Tiga kecupan yang mendarat di pipiku
benar-benar membuat seluruh tubuhku hangat. Lambayan tangan ketiga jagoanku
benar-benar mampu meyakinkanku bahwa aku adalah wanita yang paling beruntung di
Dunia, karena aku memiliki mereka. Mobil itu melaju, meninggalkan lambayan
tanganku. Aku menarik nafas pelan, “aku menyangi kalian”.
Pagi ini memang terlihat begitu indah.
Beberapa tetangga benar-benar terlihat lega dengan senyum lebar yang mereka
berikan padaku. Aku mencoba membalas semua senyuman itu, dan ternyata damai itu
indah. Aku benar-benar ingin selalu seperti ini. Aku menyesal mengapa tak dari
dulu seperti ini. Mengapa mesti setelah kejadian itu, aku dapat seperti ini ?
Tuhan, jangan pisahkan aku dari ketiga jagoanku, dan janganlah masa lalu itu
terus menjadi racun di dalam rumah tanggaku.
***
Aku adalah Chintya. Di dalam hidupku,
aku memiliki tiga orang jagoan. Mereka adalah suamiku, dan anak-anakku. Fadli,
itu adalah suamiku. Dia benar-benar sangat mencintaiku, dia selalu berusaha
untuk membahagiakanku, dia tak pernah marah, dan dia selalu menghormatiku.
Fajar, dia adalah anak pertamaku sementara Fikri adalah anakku yang kedua.
Fajar berumur 12 tahun sedangkan Fikri, kini dia berumur 10 tahun. Sama dengan
ayahnya, mereka benar-benar mampu menyayangi juga menghormatiku, dan mereka
selalu berusaha menuruti apa yang aku perintahkan. Umur mereka memang masih
sangat amat muda, namun karena keadaan, mereka diharuskan untuk selalu bersikap
dewasa, bahkan itu untuk urusan rumah tangga. Keluargaku, adalah keluarga yang
harmonis. Tak pernah ada pertengkaran. Keluargaku, adalah harapan dan juga
impian untuk semua orang. Namun, keharmonisan itu, sesaat hilang, ketika masa
lalu muncul kembali dalam hidupku.
***
“hei Chin, lo gak usah mimpi, lo tuh
suka sama cowo yang jadi idaman banyak cewek di sekolah ini”
“wah ? masa ? serius ? yah gak
masalahkan kalau cinta dalam hati?”
“ya, gak masalah, cuma jangan sampe lo
patah hati aja”
Itu adalah Sonia. Bisa dikatakan dia
adalah sahabat dekatku. Tak ada yang mampu memisahkan kedekatan kita, aku
benar-benar sudah menganggapnya seperti saudaraku sendiri. Tak ada rahasia yang
tak aku katakana padanya, begitupun dia. Dan kinipun, aku sedang menceritakan
laki-laki itu. laki-laki yang kini sedang aku idam-idamkan. Laki-laki itu
adalah senior kami. Dia adalah kak Aldo. Jika di bandingkan, aku dan kak Aldo
benar-benar seperti langit dan bumi. Aku benar-benar tak ada apa-apanya di
bandingkan dia. Dia adalah murid paling popular di sekolahku, dia sangat aktif,
dan dia adalah kapten tim basket. Sementara aku, ah bahkan jika ada yang
menanyakan namaku pada teman setingkatpun pasti tak banyak orang yang tahu. Aku
sama sekali tak popular, aku tak aktif, dan aku tak mengikuti ekskul yang mampu
membuatku terkenal. Fisik ? ah, aku hanyalah murid SMA yang benar-benar biasa,
tak ada yang spesial, dan sama sekali tak ada yang menarik dariku. Sementara
dia, kak Aldo, dia begitu tinggi, postur tubuh yang gagah, juga tegap
benar-benar mampu membuat seluruh murid wanita di sekolah ini tergila-gila,
bahkan bukan cuma wanita, laki-laki pun banyak yang tergila-gila padanya.
***
Malam minggu ? ah tak ada yang menarik.
Malam ini, dan seperti malam malam minggu sebelumnya, aku hanya menghabiskan
waktu dengan laptop toshibaku. Aku
melihat jam dinding, pukul 9 malam. Aku memposisikan tempat dudukku, perlahan
aku membuka laptop, dan seperti biasa
aku membuka akun facebookku. Sedetik,
mataku benar-benar terbius. Aku tak mampu mengatakan apapun, seperti melayang
ke langit ketujuh, aku benar-benar terkejut. Aldo Alfadilah menerima permintaan
pertemananku. Ya tuhan, apa ini ? kak Aldo menerima permintaan pertemanan yang
telah aku kirim sejak dua minggu yang lalu. Aku menahan mulutku agar tak
mengeluarkan suara. Aku membantingkan tubuhku pada kasur yang selalu setia untukku
tiduri, bahkan selalu pasrah jika harus aku injak. Aku mencoba memenjamkan
mata, khayalanku benar-benar terbang, melayang, ah indah sekali. Aku lantas kembali
pada laptopku, senyuman paling lebar
aku berikan pada laptop yang telah
sukses membuatku bahagia. Aku mencoba menenangkan diri, menarik nafas pelan,
dan aku buang sedikit demi sedikit. “oke, tenang, fiuh”.
Thanks
for cnfrm kak J
Dengan berani, aku mencoba mengirimkan
sebuah wall pada kak Aldo, dan tak
harus menunggu lama, kak Aldo membalas apa yang aku kirimkan.
Sama”
dek hehe
Memang tak banyak kata yang di kirimkan
oleh kak Aldo, namun malam itu benar-benar mampu membuatku makin jatuh hati
pada kak Aldo, bahkan aku merasa yakin untuk perasaan ini. Dan memang benar,
keberanianku itu adalah awal yang baik untuk aku pada kak Aldo. Semakin lama,
hubungan ku dan kak Aldo terasa semakin dekat. Facebook benar-benar telah mampu mendekatkan aku pada sosok yang
aku idolakan. Setiap hari aku dan kak Aldo selalu menyempatkan untuk
berkonikasi di facebook dengan
mingirimkan wall, mengirimkan
message, dan bahkan kak Aldo selalu mengajak chat padaku terlebih dahulu.
***
Kak Aldo benar-benar baik padaku. Bahkan
kini dia sudah berani untuk mengatakan jika dia menyayangiku, namun “aku
mencintamu” belum sempat dia katakan.
“iya Son, menurutmu bagaimana jika aku
dan kak Aldo menjadi sepasang kekasih ?”
“ya, aku sih ikut seneng Chin, Cuma kamu
jangan terlalu berharap, apalagi dia belum berani bilang kalau dia cinta sama
kamu, iya kan ?”
Apa yang dikatakan Sonia, memang begitu
nyata dan benar. Aku seharusnya tak lantas bersikap sepercaya diri itu. Memang,
memang kak Aldo sudah bersikap begitu spesial padaku, namun ucapan cinta sampai
detik ini tak kunjung ia katakan.
Akhirnya hubungan ku dan kak Aldo, telah
mencapai titik puncak. Malam itu, kak Aldo menyatakan apa yang ia rasakan
padaku selama satu bulan ini.
“ Chin, ada yang mau kakak omongin sama
kamu”
“omongin ? kenapa kak ?”
“gak kerasa udah satu bulan kita deket,
dan bagi kakak itu sudah cukup, untuk melihat kedekatan kita”
“ya, jadi gimana kak ?”
“kakak, suka sama kamu Chin”
Suasana kafe yang saat ini kami berdua
kunjungi, sesaat berubah menjadi tempat yang begitu romantis. Aku mengiyakan
apa yang ditawari oleh kak Aldo. Namun, dalam kebahagiaan yang kini menyelimuti
aku dan kak Aldo, banyak kecemasan yang mulai merayap dalam benakku. Aku cemas,
jika aku tak bisa terus bersama kak Aldo. Aku cemas, jika kak Aldo berubah. Dan
aku cemas, jika kak Aldo akan menemukan cinta lain, yang lebih sempurna dari
cintaku.
***
Satu bulan pertama, kami menjalin
hubungan dengan begitu baik. Kak Aldo, selalu mampu mencintaiku, kak Aldo selalu
berusaha untuk menjaga perasaanku. Kami selalu terlihat bersama, di dalam
sekolah kami tak mampu untuk dipisahkan. Dengan sekejap, aku menjadi murid yang
benar-benar terkenal, tak ada yang tak mengetahui Chintya, kekasih dari kapten
tim basket. Namun, dengan sekejap aku pun menjadi seseorang yang mampu di benci
oleh banyak wanita di sekolahku. Mereka mengaku, jika mereka iri melihat aku
yang ternyata di pilih oleh Aldo, seorang wanita yang biasa-biasa, padahal
telah banyak wanita cantik yang mengantri untuk mendapat pengakuan cinta dari
Aldo. Masalah datang secara bertubi-tubi, awalnya aku sempat meyerah untuk
segala masalah yang menerpa hubungan aku dan Aldo, namun Aldo benar-benar mampu
untuk selalu menjaga perasaanku, dan mencoba selalu meyakinkanku, bahwa aku
adalah wanita yang paling baik untuk dia pilih. Kelas kami, memang agak
berjauhan, namun itu bukanlah suatu penghalang untuk kami bersama. Sebelum
masuk jam pelajaran, dia selalu menyempatkan waktu untuk menemuiku, waktu
istirahat, kami selalu pergi makan bersama, dan setiap habis jam pelajaran,
ketika semua orang siswa di kelasku pulang, aku masih selalu setia menunggu
Aldo di dalam kelas. Kami selalu bersama.
Kali ini, hubungan kami memasuki untuk
bulan ke dua. Bulan pertama, aku memang sempat tak yakin akan hubungan kami,
namun ketika memasuki bulan ke dua aku benar-benar yakin, dan percaya bahwa
Aldo memang yang terbaik. Sejujurnya, ini adalah kali kedua aku menjalin
hubungan dengan seseorang. Namun, aku fikir hubungan ku dengan Aldo benar-benar
sangat jauh berbeda dengan hubunganku sebelumnya. Aku merasa jika aku
benar-benar mencintai, menyayangi Aldo dengan sungguh-sungguh. Mungkin, sebelum
dengan Aldo aku memang tak sepenuhnya menjalin hubungan. Bulan ke dua ini, aku
memang yakin, namun aku sedikit demi sedikit merasakan ada sebuah kejanggalan.
Memang tak terlihat perubahan yang jelas, namun sepertinya memang ada yang
berubah dari sikap Aldo. Kami memang masih menjalin komunikasi dengan begitu baik, namun, waktu
kita untuk bersama benar-benar sudah berkurang. Di sekolah, kami benar-benar
sangat jarang untuk bersama. Bahkan berangkat, dan pulang sekolahpun, aku
selalu seorang diri, padahal dulu Aldo benar-benar selalu tak tega jika
melihatku mesti berangkat atau pulang seorang diri. Namun, aku berusaha untuk
tetap meyakinkan apa yang telah di yakinkan oleh Aldo.
Aku bersyukur, kini hubungan kami
menginjak bulan ke tiga. Aku menyiapkan sebuah kejutan untuk Aldo. Kafe tempat
Aldo menyatakan perasaannya, adalah tempat yang aku pakai untuk kejutan
perayaan tiga bulan hubungan kami. Semua telah siap, aku berdandan
habis-habissan, bahkan aku rela untuk bolos sekolah hanya untuk pergi ke salon.
Aku menyuruh Aldo, untuk menemuinya di kafe pukul 7 malam. Perasaan gundah
benar-benar berhasil menyelimutiku, aku melihat pukul 11 malam. “kamu kemana ?”
aku benar-benar berusaha menahan tangis.
“apa ? lo nunggu Aldo sampe larut
malem?”
Aku tak mampu mengatakan apapun pada
sahabatku Sonia. Dia memelukiku dengan erat.
“Chin, dari awal gue bener-bener gak
ngelarang buat lo ngejalanin hubungan sama Aldo, tapi ini yang gue takutin”
Tak ada yang salah dengan apa yang di
katakana oleh Sonia. Namun, ini adalah masalah keyakinan hati. Aku masih
benar-benar menyayangi Aldo.
Aku tak lantas menyalahkan semua pada
Aldo atas kejadian malam itu. Aku yakin dia memiliki alasan hingga iya tak
menemuiku. Apalagi kini dia sedang di hadapkan untuk ujian kelulusan, tak
mungkin jika aku harus membuat masalah di saat ia harus fokus untuk masalah
sekolahnya.
“jadi kamu masih tetap untuk memilih
unniv di luar kota ?”
“iya”
“tapi kenapa ? bukannya di dalam kotapun
masih bagus ?”
“aku tahu, kenapa sih ? kamu ga setuju
?”
“jujur Al, aku sama sekali gak setuju
jika kamu harus pergi keluar kota. Aku tak siap dengan hubungan jarak jauh”
Aku tahu, keinginanku memang sangatlah
egois. Namun, aku benar-benar tak siap jika aku harus menjalani hubungan jarak
jauh. Dan benar keegoisanku, benar-benar mampu membuat Aldo marah. Kami sempat
beberapa kali bertengkar. Bahkan sekarang Aldo berani membentakku. Apa aku
benar-benar telah melakkukan kesalah yang begitu besar ? apa yang sebenarnya
telah terjadi?
Hubungan kami, semakin lama semakin tak
sehat. Selalu saja ada pertengakaran. Sebenarnya aku sudah benar-benar capek,
namun aku masih benar-benar menyayangi Aldo, dan aku akan terus mempertahankan
hubungan kami. Hingga, suatu saat dengan mata kepala sendiri aku melihat Aldo,
seorang laki-laki yang aku idolakan dulu, yang kini telah menjadi kekasihku, ia
tengah membonceng seorang wanita yang jelas sangat terlihat lebih cantik dari
padaku. Aku benar-benar geram, di tengah hubungan kita yang sedang tak sehat,
Aldo malah sibuk mencari wanita lain. Kala itu, emosiku benar-benar tak dapat
ditahan. Dan akhirnya hanya tiga bulan aku dapat mengecap indahnya cinta
bersama Aldo.
***
“hallo, siapa ini ?”
“ini Chintya ?”
“iya ini siapa ? tolong jangan bercanda”
“aku adalah masa lalumu Chintya”
Aku benar-benar terkejut mendengar
pengakuan seseorang di balik telfon itu. Suara itu benar-benar tak sing di
telingaku, namun untuk apa dia kembali ?
Aku tahu ini adalah dosa terbesar yang
telah aku lakukakan. Aku telah menjadi seorang istri yang telah menodai kasih
dalam keluarga. Padahal aku telah memiliki suami yang jelas-jelas begitu
mencintaiku, dan bahkan aku memiliki dua orang anak yang sangat aku cintai.
Namun, masa lalu benar-benar mampu menggodaku. Iya, masa lalu.
Orang itu, datang padaku ketika aku
telah bahagia dengan sebuah keluarga. Orang itu, datang padaku membawa beribu
kenangan yang masih selalu melekat dalam benakku. Dan orang itu, datang padaku membawa
cinta yang penuh warna, seperti warna pelangi yang kelabu.
Keluargaku tak lagi harmonis. Aku sangat
jarang untuk berada di rumah mengurusi suami, dan kedua anakku. Jikalau pun aku
pulang, aku hanya menjadi penyebab pertengkaran. Suamiku yang pendiam, selalu
kalah dalam setiap pertengakaran. Dan anak-anakku selalu menjadi saksi ketika
kami sedang terlibat pertengkaran.
Aku sangat tak tahan berada di rumah,
aku selalu ingin dia. Dia yang sebenarnya penyebab retaknya hubungan rumah
tanggaku. Dia adalah Aldo.
Aku menjalin hubungan terlarang dengan
Aldo. Suamiku, Fadli tak tahu jika aku sedang bermain dengan seorang laki-laki
di belakanya. Hampir 4 tahun, aku menjalin hubungan terlarang dengan Aldo. Dan
telah beberapa kali aku meminta agar suamiku menceraikanku, namun, suamiku
masih tetap mempertahankan rumah tangga kami. Anak-anakku benar-benar sudah
terlihat dewasa ketika kedua orang tuanya sedang terlibat pertengkaran. Miris
sebenarnya namun, masa lalu telah membuat mata hatiku tertutup. Hingga suatu
hari, suamiku menangkap basah ketika aku sedang berdua dengan Aldo di sebuah
pusat perbelanjaan. Suamiku, benar-benar marah besar. Aku benar-benar terkejut,
aku fikir suamiku tak dapat melakukan hal seperti ini, namun ternyata, dia
benar-benar mampu membuatku sangat takut.
Malam itu suasana di rumah benar-benar
memanas, anak-anakku benar-benar sudah mengetahui apa yang harus mereka
lakukan, mereka mengunci pintu dan lebih memilih untuk tidur. Sementara,
suamiku benar-benar marah besar. Dia mengatakan jika dia merasa telah
dikhianati. Aku menangis dengan keras, aku yakin para tetangga yang sudah
sering mendengar kami bertengkar ikut terkejut karena kini suamikulah yang sangat
jelas terdengar membentakku. Namun, malam itulah yang membuat aku benar-benar
sadar, jika aku telah salah selama empat tahun ini. Aku benar-benar telah
menyia-nyiakan keluarga yang begitu sangat mencintaiku demi masa lalu yang
menyesatkan. Malam itu, aku benar-benar di buat sadar, aku bersujud di bawah
kaki suamiku meminta ampun. Awalnya dia benar-benar tak memperdulikanku, namun
akhirnya dia memelukku dan berkata “aku melakukan ini, karena aku sayang padamu
dan kedua anak-anak kita. Aku mohon, tinggalkan masa lalumu demi aku dan
anak-anak kita” aku benar-benar tak mampu menahan air mata, aku memeluk suamiku
lebih erat “aku menyayangi kalian, maafkan aku”.
(y)
BalasHapus