“sayang
bangun, sayang” belaian lembut itu membangunkanku dari tidur di ruang kerja
ayahku.
“ibu,
bagaimana aku bisa? E...e.. apa aku bermimpi?”
“iya,
mungkin kamu bermimpi sayang. Kamu tertidur di ruang kerja ayahmu. Ayah sudah
di makamkan, sekarang kita tinggal berdua. Mau kah kamu memaafkan semua
kesalahan ayahmu?”
Perkataan
ibu semakin menyadarkanku dari mimpi yang membingungkan tadi. Aku menarik nafas
dan mengeluarkannya, dengan maksud agar tubuhku akan menjadi lebih tenang. Dan
bergumam dalam hati, “itu hanya mimpi Revan”.
“wow,
kamu tertidur sambil menggenggam benda kesayangan milik ayahmu, nak. Taukah kamu
jika benda ini diberikan oleh teman pertama ayahmu ketika ia masih kecil dulu?
Orangnya gagah perkasa dan baik hati. Ayahmu sempat menceritakannya pada ibu.”
Ibu bercerita mengenai apa yang telah aku alami dalam alam mimpiku tadi.
Saat
ibu membuka sebuah lemari kecil dan mengeluarkan sebuah album foto lama milik
ayahku, butiran keringat dingin bermunculan di sekujur tubuhku. Mulut pun tak
mampu berkata apa-apa, seluruh tubuh terasa kaku dan mati rasa.
“kamu
mau melihatnya? pasti kamu akan terkejut sayang. Coba lihat, namanya adalah
Revan. Bukankah itu mirip dengan mu? Haha, namun tidak hanya namanya sayang, wajahnya
pun mirip denganmu bukan? Dan ayahmu sempat bilang, jika benda yang sedang kau genggam itu dapat membawamu pergi menembus ruang dan waktu. Haha ayahmu dulu senang bercanda sayang."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar