***
"bu, ayah ko belum juga datang ?" itu adalah aku, aku sebagai Merry Ryanto. "sabar dong Mer, mungkin ayah sedang sibuk dikantornya jadi dia belum bisa datang, sabar ya" dan itu adalah ibuku, sasatunya orang yang aku cinta saat ini, ya satu-satunya. Kali itu aku memang sedang berulang tahun yang ke 15. seperti biasa setiap tanggal 24 Mei kami selalu merayakan ulangtahun ku di rumah, memang sangat sederhana, karna hanya ada kami bertiga dan ada beberapa makanan, namun itu sangat terasa hangat untuk sebuah keluarga kecil. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, namun ayahku belum juga tiba. "yaudah Mer, kamu mending sekarang tidur, ayah kamu sepertinya lembur." bujuk ibuku, aku hanya mengangguk.
Itu adalah hari dimana ayahku melewatkan acara kami untuk yang pertama kalinya. Aku dan ibuku benar-benar memaklumi, karna kami yakin ayahku memang sedang sibuk dan kami yakin itu untuk yang pertama dan terakhir kalinya ayah melanggar janji untuk acara keluarga. Namun ternyata itu bukan untuk yang pertama dan terakhir. Selain acara ulang tahun ku, selalu saja ayah sering terlambat untuk menjemputku pulang sekolah, atau ayah selalu keluar pada hari libur, kami sudah jarang bahkan tidak pernah untuk berlibur bersama.
***
"Aku tidak mengerti, hmmm atau aku baru mengerti. Aku tidak mengerti atas sikap ayah yang berubah, atau sebenarnya aku baru mengerti jika sebenarnya ayahku memang seperti ini. ah aku bingung!" aku masih ingat ketika aku menginjak umur 16 tahun, pertanyaan itu selalu datang padaku. Mungkin aku baru menginjak pemikiran yang lebih realitis. Ya pada saat itu aku berumur 16 tahun. Keluarga ku saat itu benar-benar sedang tak kondusif, selalu saja ada pertengkaran setiap harinya. Ketika ayah pulang malam, ketika ibuku terlalu banyak bertanya, ketika aku meminta berlibur, ah! itu dan semua hal selalu saja di jadikan alasan untuk bertengkar. Kini ayahku jarang sekali pulang, ia pulang hanya untuk mengambil pakaian. Satu pertanyaan yang aku tanyakan pada ibuku yang masih aku ingat sampai sekarang "bu, ko ayah seminggu ini ga pulang kerumah ? emang ayah tidur dimana ? di kantor ?", ibuku hanya menatap ku dengan mata berkaca-kaca, ia lalu memelukku erat, hingga ia menangis kencang. Dan karena kejadian itu aku mencari tahu dimana sebenarnya ayahku tinggal.
***
Dua minggu lagi aku berumur 17 tahun. Keluarga ku sedikit demi sedikit mulai mengalami perubahan kembali, ya perubahan lebih baik. Kini ayahku jarang untuk pulang malam, ayahku sering mengajak berlibur, dan juga ibuku, ia kembali menjadi wanita yang ceria bahkan dua bulan terakhir ini semenjak kejadian diamana ayahku tak pernah pulang itu, ibuku bertambah gemuk, karna ayahku benar-benar telah membuatnya kembali senang, begitupun dengan aku, aku menjadi anak yang lebih sering di rumah, karena sebenarnya dulu ketika keluargaku berantakan aku sering menginap di rumah nenek.
***
"yah pokoknya janji ya, mau kasih aku hadiah yang spesial" aku memeluk ayahku yang sedang sibuk mengerjakan tugas kantornya. Di ruang keluarga itu ada aku, ibuku, dan juga ayahku beserta teh yang di buat ibu, benar-benar malam yang begitu hangat yang aku rindukan. "emang kamu mau apa Mer ? iya ayah janji" itu adalah ayahku, ayahku yang selalu berjanji namun selalu ingkar 3 tahun kebelakang ini, namun aku harap masalah hadian di ulang tahun yang ke 17 ini ia tak ingkar.
***
Hari itu begitu panas, aku diantar Riri, sahabatku untuk mengambil gaun, yang akan aku kenakan tiga hari lagi di acara ulang tahunku yang ke 17. Di tempat yang sama aku memesan gaun, aku melihat ayahku. Ketika aku akan mendekatinya, aku benar-benar di buat diam terpaku. Ayahku bersama seorang gadis. Aku benar-benar terpukul, apakah ini jawaban dari pertanyaanku ketika ayahku jarang pulang dulu ? apakah ayahku berselingkuh dengan seorang gadis seusia anaknya ?
"lo kenapa Merry ?" akhirnya Riri memulai pembicaraan kita di mobil, karna memang setelah aku melihat kejadian itu aku benar-benar masih di buat terkejut. "tadi bokap lo kan Merr ?" Riri masih terus menanyakan hal yang sama, tapi aku masih diam. Kali itu aku benar-benar tak bisa menahan emosi, untungnya Riri bersedia menggantikan ku untuk mengendarai mobil. Orang yang aku banggakan, orang yang aku sayang, orang yang aku anggap ayah, kini dia hanyalah orang asing, orang asing yang brengsek.
***
Nanti malam adalah acara ulang tahunku. Namun aku masih sibuk mencari tahu siapa gadis yang beberapa hari kebelakang aku lihat bersama ayahku. Masalah aku melihat ayahku dan seorang gadis tidak aku beri tahu ibu, aku tak ingin semua menjadi lebih kacau, aku berniat ingin mencari bukti sendiri. Di rumah, aku berlaku seperti tak ada apa-apa, aku masih mencium ayahku ketika aku bangun tidur, dan aku masih memanggilnya ayah, namun sebenarnya aku telah muak dengan kebohongan yang ada di keluarga yang dulu harmonis ini.
***
"apa ? Merry ? Merry Ryan ?" aku benar-benar terkejut mendengar pengakuan dari gadis yang aku lihat bersama ayahku kemarin. "iya, namaku Merry Ryan, tanggal lahir ku hmm hari ini 24 Mei umurku 17 sebenarnya malam nanti aku akan mengadakan pesta ulangtahunku,hehe" aku benar-benar tambah di buat terkejut, seperti ada beribu bola api yang menghantam kepalaku, aku langsung teringat ibuku, ibuku yang setiap malam setia menunggu laki-laki itu pulang bahkan sampai larut, tapi laki-laki berengsek itu malah enak tidur di rumah istri keduanya. Aku benar-benar ingat baik ketika aku berulang tahun yang ke 15 ayahku tidak datang, aku tau sekarang setiap aku ulang tahun, setiap Merry Ryanto berulang tahun, anaknya yang lain pun Merry Ryan berulang tahun. Begitu hebat laki-laki itu, laki-laki yang aku sudah muak jika aku memanggilnya ayah, dia menikah dengan dua orang wanita sekaligus, dia memiliki anak perempuan yang dia namai sama percis, hanya namaku di beri akhiran "to" dan dia tidak, bahkan hari dimana kita lahir pun sama, aku jadi bingung ketika ibuku dan ibunya melahirkan dia berada dimana ? ah sudahlah aku benar-benar sudah muak. Aku mengungkapkan semuanya pada Merry Ryan, ternyata apa yang kita rasa sama. Dia terlihat begitu terkejut dengan pengakuanku. Kali itu memang aku menemui di sekolahnya, sebenarnya aku merasa kurang enak, di sekolahnya aku membuat dia terkejut seperti itu, tapi itu memang yang terbaik. Ternyata tidak sia-sia aku bolos, aku jadi punya bukti kuat untuk memisahkan orangtua ku. Dulu aku memanglah jadi alasan kedua orangtuaku untuk tidak bercerai, namun sekarang aku akan jadi alasan mereka harus bercerai.
***
"happy birthday sayang" ibuku memelukku, diapun mencium keningku. "makasih bu" aku memeluk ibuku lebih erat. Acara ulang tahun yang telah aku rancang seindah mungkin, berakhir hanya ada aku dan ibuku, teman-teman dan bahkan Riri sahabatku pun aku batalkan untuk mengadakan pesta di rumahku. Karena aku hanya ingin berdua dengan ibuku, karena memang kami hanyalah berdua, semenjak 3 tahun yang lalu dan akan berdua selamanya. Ya, kita hanya berdua setelah ibuku dan ayahku bercerai, mereka memang belum bercerai secara hukum, namun mereka telah bercerai secara agama kami. Aku benar-benar lega, bola api yang siang tadi seakan menghantam kepala ku serasa telah mencair dengan air mata ku dan ibuku, air mata bahagia tentunya. Laki-laki yang dulu ayahku, lebih memilih untuk bersama istri yang lain dibanding ibuku, dan lebih memilih Merry Ryan bukan Merry Ryanto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar