Apakah begitu indah sebuah perbedaan untuk orang sepertiku ? (2/2)
Memanglah
kekecewaan yang telah membuatku seperti ini. Aku begitu kecewa mengapa cintaku
dan cintanya tak dapat bersatu, hanya karna perbedaan. Cinta kami tak dapat
bersatu bukan karna ras, ataupun agama. Cinta kami di pisahkan karna adanya
perbedaan status social.
Nama perempuan itu adalah Sinta
perempuan yang begitu lembut, perempuan yang begitu indah dengan hijab yang
selalu menutupi auratnya, perempuan yang berpendidikan, dan seorang anak
pejabat tinggi negara. Sementara aku, namaku adalah Roni, aku adalah seorang
pedagang kripik singkong, yang setiap hari begitu bau matahari karna setiap
hari aku pasti berkeliling berjualan kripik.
Aku dan sinta sama-sama berumur 22
tahun, aku dan Sinta sama-sama suka kripik singkong, aku dan Sinta sama-sama
tak suka masam, aku dan Sinta sama-sama saling mencintai. Begitu indah bukan
persamaan yang ada di antara aku dan Sinta ?
***
Hari ini seperti biasa aku pergi
berkeliling berjualan kripik singkong, namun kali ini aku benar-benar
bersemangat karna aku akan bertemu perempuan itu lagi. Perempuan yang sangat
menyukai kripik singkongku. “eh bang, biasa ya bang aku mau kripik
singkong 2kg” begitu lembut suara Sinta, begitu melelehkan panas matahari,
begitu indah, begitu wangi. “eh bang, bang Roni, ko malah melamun ? 2 kg bang”
lagi-lagi aku mendengar suara lembut itu, ditambah dia memanggilku bang Roni,
sungguh indah menjadi tukan kripik singkong. Wanita itu menepuk pundakku,
“astagfirullah, maaf neng abang jadi melamun” aku benar-benar di buat mabuk
oleh Sinta, subhanallah ciptaan Allah begitu indah.
Semenjak kejadian itu, semenjak aku
jadi langganan kripiknya, hubungan kita semakin berlanjut, bahkan suatu hari
dia mengirimku sebuah surat.
Aku
tak tahu ketika aku mengharapkan kehadiranmu
Apakah
untuk sebuah kripik atau untuk sebuah cinta
Aku
tak tahu apakah rasa kripik yang begiu lezat
Atau
karna aku makan sambil membayangkan wajah abang
Aku
tak tahu apakah aku mabuk kripik
Atau
mabuk cinta abang
Jangan
lupa ya bang, aku tunggu kripik cintanya
Aku
selalu menunggu di depan rumah J
Astagfirullah itu adalah surat
termanis yang pernah aku dapat, begitu indah tulisan itu. Hampir setiap hari
aku datang kerumahnya dan Sinta membeli kripik ku, begitu sangat indah kisah
cinta kami, tak pernah ada perbedaan yang kami rasa. Sebelum orangtuanya
kembali dari Belanda.
***
“Roni berangkat jualan dulu ya ma,
Roni akan cepat pulang, jangan lupa makan obatnya” aku pergi berjualan dengan
perasaan tak karuan, emak ku sakit, emak satu-satunya orang yang aku punya. Aku
berkeliling berjualan di kompleks perumahan Sinta, tapi aneh Sinta dari tadi
tak muncul juga, aku diam menunggu Sinta di luar pagar rumahnya yang begitu
megah dan besar. “astagfirullah” aku berlari sambil mendorong grobak ku. Aku
benar-benar di buat terkaget-kaget. Seorang perempuan paruh baya, berpenampilan
mewah, mengagetkanku dengan sebuah selang yang mengeluarkan banyak air, dan
yang membuatku lebih aneh ketika dia berteriak “dasar orang miskin tak tahu
diri. Jangan ngomong cinta dengan anakku! Kamu benar tak pantas! dasar tukang
kripik busuk! Kalian itu berbeda.”
Dalam perjalanan pulang aku
benar-benar sangatlah marah,bisa-bisanya ada orang seperti itu. Astagfirulah
apakah itu ibunya Sinta ? begitu berbedakahnya anak dan ibunya ? ketika Sinta
sangatlah lemah lembut, sementara ibunya hih subhanallah, aku merinding sendiri
membayang ibunya Sinta tadi, namun aku benar-benar terkejut ketika begitu
banyak orang di rumahku, dan bahkan ada bendera kuning tepat menancap pada
pohon depan rumah yang emak tanam hingga besar seperti itu. “inalillahi”
lirihku .
***
Apakah
ini adalah rindu
Mengapa
dalam setiap bayanganku hanya ada kamu
Apakah
ini adalah rindu
Mengapa
mulutku selalu ingin bercerita tentang kamu
Tolong
balas suratku, tolong balas rinduku
Aku hitung sudah 9 surat aku kirim,
dan sudah 3 minggu aku tak bertemu Sinta, karna semenjak kejadian itu aku
benar-benar tak berani untuk pergi ke rumah Sinta. Bukan, bukan aku tak
berani mengejar cintaku, hanya hatiku yang belum berlapang untuk mendapat
makian dan hinaan dari ibu Sinta, karna sudah 3 minggu ini pun aku ditinggalkan
oleh emak untuk selamanya.
Aku
mohon cinta jangan diamkan aku seperti ini
Aku
mohon cinta jangan gantungkan rinduku seperti ini
Aku
begitu terpukul akan matinya emak
Janganlah
buat aku terpukul karna hilangnya cinta
Balas
suratku cinta. Aku mohon
Itu adalah suratku yang ke 10, namun
dari 10 surat itu tak pernah ada jawaban dari Sinta. Aku jadi teringat
kata-kata dari surat sinta yang terakhir.
Apakah
ini kesalahan ?
Apakah
ini kebodohan jika kita saling mencinta ?
Jangan
jawab ini. Aku tak ingin jawaban
Karna
semua jawaban dari pertanyaan itu
Hanya
membuat luka bagiku
Dari setiap surat yang Sinta kirim
selalu ada kata “Jangan lupa ya bang, aku tunggu kripik cintanya Aku selalu
menunggu di depan rumah” namun, dari surat itu Sinta tak mengatakan masalah
kripik. Aneh, apa itu arti dari perbedaan ? bukankah kita selalu sama ? Aku dan
sinta sama-sama berumur 22 tahun, aku dan Sinta sama-sama suka kripik singkong,
aku dan Sinta sama-sama tak suka asam, aku dan Sinta sama-sama saling
mencintai, apa yang berbeda ?
***
Kali ini aku memutuskan untuk
memberanikan diri menemui Sinta, menemui Cinta. Aku berjalan dengan bersalawat,
aku harap aku dapat lapang dada dengan semua yang akan terjadi. “bismillah” aku
mulai menelusuri rumah-rumah yang begitu mewah, dan belum sampai rumah Sinta
aku menghentikan grobak, dan salawat itu, aku benar-benar terkejut. “heh kamu
mau ngapain, jangan kamu fikir kamu sama dengan Sinta, kamu berbeda dengan
Sinta. Kamu hanyalah pedagang kripik singkong, sementara anak saya anak seorang
petinggi Negara”. Aku sama sekali tak memperdulikan perkataan ibu Sinta, yang
hanya aku perhatikan adalah Sinta, yang hendak menaiki sebuah mobil mewah dan,
dan apa, ada seseorang lelaki tampan, bersih, rapi,wangi membukakan pintu mobil
yang akan di tempati Sinta, begitu indah namun menyiksa ketika melihat
pemandangan itu.
Pemandangan begitu indah ketika
dimaana seorang perempuan dan pria yang memiliki persamaan, bukan masalah umur,
atau kesukaan kripik singkong, tetapi adalah status social hendak bersama, dan
menyakitkan ketika aku melihat perbedaan yang begitu jelas,ketika aku datang
dengan membawa grobak kripik singkong, dan ketika laki-laki yang aku tak tahu
siapapun datang dengan membawa mobil mewah untuk menemui perempuan yang sama
denganku. Sinta tak berani menatap mataku, dia terlihat begitu menyesal.
Mobil itu telah melaju dengan sangat
mulus, ibu Sinta segera menutup pagar dimana aku dan Sinta sering mengeja
persamaan kita, dimana kita menamai kripik ku dengan kripik cinta. Sekarang
semua hanyalah kenangan, kenangan yang begitu indah namun
menyakitkan.
Aku tak mampu berbuat apa-apa, aku
tak mau memaksakan kehendak, aku tak mau memaksakan cinta.
Akhirnya aku melanjutkan berkeliling
berjualan kripik singkong cinta ini, dengan bersalawat.
“Semoga Sinta tak menemukan
perbedaan dengan pria itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar