Minggu, 04 Agustus 2013

Aku Mualaf dan Aku Cinta Ramadhan



“hidup itu penuh liku, dan liku itu adalah variasi kehidupan manusia. Namun, dahulu sebelum akhirnya aku mengambil keputusan untuk menjadi seorang mualaf, aku sempat beranggapan jika liku-liku kehidupan yang kualami bukanlah variasi hidup, ia lebih mirip sebilah keris panjang yang berkelok-kelok menusuk jiwaku, mengangkatnya dan membuangnya ke lembah kegalauan. Begitulah, bagiku 25 tahun terasa begitu sia-sia karena aku telah jauh dari Tuhanku. Namun, bukankah setiap kisah manusia akan dimulai pada letup-letup lembut nafas seorang bayi ?” Semua wartawan yang ada dihadapanku benar-benar terlihat kebingungan mendengar sedikit penjelasan yang telah aku berikan. Beberapa dari mereka saling bertatapan, saling berbisik, walaupun beberapa dari mereka ada yang sudah mulai terlihat mengangguk-anggukan kepala dengan dahi mengkerut. Mungkin mereka kurang memahami atas apa yang telah aku ungkapkan. Aku hanya tersenyum, dengan sesekali merapikan jilbab yang sedang aku kenakan.
“maaf mbak Kiki, bisa lebih dijelaskan lagi apa maksud dari ‘bukankah setiap kisah manusia akan dimulai pada letup-letup lembut nafas seorang bayi’ dan apakan mbak Kiki sudah yakin akan jilbabnya ?” salah satu wartawan akhirnya mengangkat tangan dan memberikan pertanyaan yang sebenarnya telah aku perkirakan sebelumnya. Namun, dengan tetap tersenyum, aku taklantas menjawab pertanyaan itu, ingatanku seperti kembali pada masa itu, masa dimana aku merasa kehidupanku sangat begitu kelam tanpa adanya tiang agama, dan baru terasa bercahaya ketika aku berusia 24 tahun, ketika aku mendapat sebuah kejutan berupa hidayah pada saat akan menginjak bulan Ramadhan.
***
Namaku adalah Viki Natalia. Aku tak memiliki saudara, karena aku adalah anak tunggal. Ayahku adalah Emmanuel dan ibuku Mima. Kami tinggal di kota Jakarta. Bagiku Jakarta adalah kota yang penuh dengan kebebasan namun dapat membuat sesak. Keluargaku dapat dikatakan sangat berada, kedua orangtuaku bekerja dan aku adalah seorang aktris layar lebar. Kami semua sibuk, dan itulah salah satu alasan keluargaku tak harmonis. Bahkan kedua orangtuaku dalam waktu dekat ini akan segara bercerai. Entahlah, aku sama sekali tak mau perduli dengan apa yang membuat mereka memutuskan untuk bercerai seperti itu. Karena bagiku, ada atau tidaknya mereka itu sama sekali tak ada artinya, karena yang berarti bagiku adalah uang, kebebasan, dan kecantikan. Sebagai seorang aktris aku sangat menjaga tubuh dan kecantikanku. Aku sangat mencintai bentuk tubuhku yang ideal, warna kulitku yang putih bercahaya, dan rambutku yang mampu membuat oranglain merasa iri. Aku benar-benar dikagumi banyak orang, bahkan mereka yang sesama aktrispun selalu memuji keelokan tubuhku. Dan karena itu, dalam lemari, aku tak memiliki pakaian yang mempu menutupi tubuhku, karena aku fikir, aku memiliki tubuh yang indah jadi  untuk apa aku tutup-tutupi ?
Hari ini benar-benar melelahkan, pukul 12 malam aku belum sampai dirumah, Aku masih bersiap-siap untuk pulang. Suasana di lokasi sudah sangat sepi tak ramai seperti sebelumnya, kini tersisa hanya aku dan sang produser.
“Ki, kamu pulang sendiri ?” tanya sang produser. Aku hanya mengangguk dan masih tetap fokus mencari handphone yang berada di dalam tasku. Suara sang produser kini tak terdengar lagi, handphoneku pun mendadak tak ada di dalam tas, padahal aku sangat yakin 15 menit sebelumnya aku menyimpan handphone itu di dalam tas. Dan tiba-tiba sang produser memanggilku, “Kiki, kamu nyari ini kan ?” dari kejauhan dekat mobilnya, sang produser melambai-lambaikan handphoneku. “iya pak” aku membalas teriakannya, dan menghampiri produser itu. Namun, aku benar-benar terkejut tiba-tiba dia melemparkan handphone itu dan malah memelukku, bahkan dia berusaha menciumku. Aku berusaha menghindar, namun tenagaku sama sekali tak mampu mengalahkan tenaganya. Aku berteriak, dan sang produser malah terwa terbahak-bahak. Rasanya begitu sesak ada dalam pelukan kasar sang produser itu, ia memaksaku untuk masuk kedalam mobilnya, namun entahlah aku mendapat kekuatan dari mana, kakiku mendadak mampu menendang produser itu dengan begitu kuat hingga ia terjatuh, dan aku dapat berlari menghindari produser itu. Dalam malam, dalam kesendirian, dalam ketakutan, dan dalam tangis aku berlari sekuat tenagaku. Hingga akhirnya aku melihat sebuah cahaya yang begitu terang dan aku mendengar alunan lembut suara ayat suci al quran yang sebenarnya aku tahu namun aku tak mengenalinya suara itu bersumber dari sebuah masjid sederhana dekat rumahku. Aku tak tahu ada apa dengan malam ini, bulan begitu terang, angin dan langit begitu terasa bersahabat. Air mataku kini terhenti seraya dengan langkahku. Aku memasuki rumahku, rumah yang begitu megah, namun tak sehangat masjid yang tadi aku lihat. Ada apa ini ?
Plak !!
“ayo pukul lagi mas pukul, kenapa diam ?” suara teriakan ibuku benar-benar tak asing dalam telingaku.
Aku sama sekali tak terkejut melihat pemandangan ini. begitupun dengan mereka, mungkin mereka sudah mengetahui jika aku sudah begitu kebal melihat kekerasan yang selalu saja ayahku lakukan pada ibuku. Namun, aku sama sekali tak membenci ayah karena aku tahu, itu ayah lakukan karena ibu selingkuh dengan teman kantornya.
“Kiki, kenapa kamu baru pulang ? dan kenapa kamu kusut ? Kiki ! Kiki!” kini giliranku yang mendapat teriakan dari ayah. Aku sama sekali tak mendengarkan perkataan ayahku.
“hah ! kamu lihatkan kan mas ? anakmu saja sudah muak dengan sikapmu yang so soan jadi orang bener! Haha”
Plak !! Begitulah ayahku, so benar dan selalu memukuli ibuku.
Aku benar-benar muak dengan hari ini. pekerjaanku hancur ! keluargaku semakin hancur ! aku melempar semua benda yang ada di dalam kamarku. Aku menjerit, menangis, aku lelah dengan kehidupanku ini.
HAH ! aku benar-benar terkejut dan lantas terbangun dari tidurku. Pukul 4 pagi. Suara para pemuda yang berkeliling berteriakan “sahur, sahur” dan suara adzan dalam mimpi benar-benar membuatku terbangun. Sungguh aku merasa merinding dengan mimpi itu, dua laki-laki yang memakai pakaian putih dan hitam memperebutkanku, tenggorokanku terasa kering, perutku terasa kosong, dan hatiku terasa panas, namun ada apa ini ? lagi-lagi masjid itu, suara ayat suci al quran dan apa lagi ini ? suara adzan ? suara adzan mampu membuat hatiku dingin, tenggorakanku lega, dan perutku terasa terisi, dan kemana laki-laki yang memakai pakaian hitam itu ? apa dia menghilang ? dia takut akan adzan ? akan menangisi mimpiku itu dalam-dalam, dan aku sadar jika tadi adalah sebuah hidayah yang telah Tuhanku, Allah SWT berikan kepadaku. Tanpa berfikir panjang aku lantas mengambil makanan di dapur untuk sahur, sedikit-sedikit aku masih ingat, walaupun terakhir kali aku melihat temanku yang beragama muslim sahur, berpuasa dan salat itu ketika aku belajar di sekolah dahulu. Dalam sujud salat subuh, aku benar-benar menangis, aku benar-benar meminta maaf atas segala apa yang telah aku tinggalkan bahkan lebih dari 20 tahun. Namun, bulan ini, awal bulan Ramdhan aku telah mendapat sebuah kejutan yang begitu hebat, yaitu sebuah hidayah.
***
Aku menghela nafas, dan mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan salah satu wartawan itu, “bukankah setiap kisah manusia akan dimulai pada letup-letup lembut nafas seorang bayi, begini mas kini usiaku sudah menginjak 25 tahun, namun aku baru merasakan terlahir ketika usiaku 24 tahun, ketika Allah memberikanku sebuah kejutan di awal bulan Ramadhan yaitu sebuah hidayah, dan ketika aku masuk agama islam. Kini aku merasa seperti bayi yang baru akan memulai kisahnya, yang baru akan mulai mengartikan bahwa liku hidup adalah sebuah variasi dalam kehidupanku bukan sebagai sebilah keris yang berkelok-kelok. Aku yakin akan jilbabku, karena aku yakin akan agamaku dan Tuhanku, aku lebih merasa aman ketika aku menggunakan jilbab ini”
Seluruh wartawan yang ada di dalam ruangan ini, benar-benar terlihat merasa terharu. Tetes demi tetes air mata yang tak sengaja mengalir dari matanya, benar-benar semakin meyakinkanku bahwa aku sungguh beruntung mendapat kejutan yang begitu besar pada awal bulan Ramadhan itu, aku sangat merasa bahagia akan hidupku kini, walapun aku tak yakin ayah dapat bahagia di dalam penjara karena dilaporkan ibu melakukan KDRT, dan aku berharap ibuku dapat berbahagia dengan kekasihnya itu. Semoga Allah memberikan mereka kejutan yang sama berharganya seperti yang telah Allah berikan kepadaku. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar