“Vi, kakak denger kamu udah nunggu
kakak hampir setahun, bener ? ngapain sih kamu mau kakak gantungin kayak gini ?
apa begitu spesial kakak dimata kamu ? mending kamu pacaran aja sama si Ridwan.
Haha” aku begitu terkejut mendengar apa yang telah kak Willy katakan, apalagi
ia mengatakannya dengan tertawa terbahak-bahak. Ini bukanlah lelucon! Aku benci
jika masalah hati di anggapnya hanya sebatas lelucon. Seketika suhu tubuhku
memanas, tenggorokanku terasa perih, mataku memerah dan berair, aku lantas
berdiri dan menatap sang pujaanku itu dalam-dalam. ‘kau fikir bagaimana ? aku
menunggumu hampir satu tahun! Setiap hari aku terus memikirkanmu!
Sebentar-sebentar tertawa, lalu menangis. Aku selalu tegar jika terkadang kau
tak menganggapku! Karena aku yakin kau akan memilihku. Tapi sekarang, kau
menganggap ini hanyalah lelucon ? brengsek!’. Rasanya ingin sekali mengatakan
itu semua, namun apadaya hati ini tak tega jika membiarkan mulutku mengeluarkan
kata-kata yang begitu kasar seperti itu. mulutku membeku, air mataku mulai
menetes, dan akhirnya aku berlari meninggalkan laki-laki yang selalu aku puja
itu.
“kamu kenapa Vi ?” Susan begitu
terlihat kebingung, karena melihatku menangis seperti ini.
“kak Willy Vi. Hiks hiks” rasanya
aku tak sanggup untuk menceritakan apa yang telah terjadi pada sahabatku itu.
Namun Susan terus saja memaksaku untuk menceritakannya. Hingga akhirnya aku kalah,
dan menceritakan apa yang telah kak Willy perbuat padaku.
“apa ? bener-bener brengsek itu
orang! Mentang-mentang dia terkenal, dia seenaknya mainin cewek kayak kamu!”
kini Susan melepaskan pelukannya.
“Vi, kamu juga sih yang salah! Udah
tau dia kayak gitu tetep aja lo tuh nunggu dia!”
Benar, benar sekali apa yang
dikatakan Susan. Sepertinya aku tak pernah merasa jera untuk mencintai, menunggu,
bahkan tersakiti oleh kak Willy. Dan jika harus jujur, dengan kejadian yang
baru saja terjadi, itu semua sama sekali tak menjadi alasan untuk aku berhenti
mencintanya. Hanya saja, aku membutuhkan sedikit waktu untuk memulihkan
perasaanku ini.
***
Pagi kini kembali menyapa. Namun,
berbeda dengan pagi-pagi yang sebelumnya, hari ini aku begitu tak bersemangat
untuk memulai hari. Seperti biasa ibu sudah ngomel-ngomel karena aku dan ayah
belum juga keluar kamar. Aku melirik sebuah buku bersampul kuning yang berada
tepat di sebelah pipiku. Sebuah buku diary.
‘hallo mimos, thanks ya semalem kamu
udah mau jadi tempat curhatanku lagi, kamu gak bosenkan kalau aku terus tulis
tentang kak Willy ?’ mungkin terlihat seperti orang yang tidak waras, namun aku
selalu berusaha menjadikan diary itu
hidup. Mimos, biasa aku memanggilnya. Di dalam buku itu, semua membahas tentang
kegalauan untuk mencintai dan menunggu sosok kak Willy. Dan ada satu fotonya
yang aku tempel, yang benar-benar terlihat begitu gagah. Namun selain kak
Willy, akupun menempelkan foto kak Ridwan dalam buku diaryku itu. Aku merasa, selain foto kak Willy, akupun harus
menempelkan foto kak Ridwan.
“kakak udah denger semuanya dari
Susan. Terus mau kamu sekarang gimana ?” aku begitu terkejut dengan kehadiran
kak Ridwan yang secara tiba-tiba menemuiku di dalam kelas.
“hah ? maksud kakak ?”
“kamu gak perlu lagi nunggu dia”
“loh, apa sih yang kakak omongin ?
aku memang begitu sakit hati atas apa yang dikatakan kak Willy. Tapi sekarang
udah enggak ko, kakak ga perlu khawatir, karena bahkan sekarang aku tambah
yakin sama kak Willy. Kakak tau gak ? tadi pagi pas aku buka pintu, ada bunga
mawar tepat di depan pintu. Awalnya aku heran, tapi gak lama kak Willy lewat
rumahku, dan akhirnya kita berangkat bareng deh. Hehe”
“terus kamu yakin kalau bunga itu
dari dia ?”
“iya dong” jawabku singkat.
“iya dong” jawabku singkat.
Sama dengan kak Ridwan, Susan
terlihat kurang begitu yakin, jika kak Willy lah yang sudah memberikanku sebuah
bunga. Namun, walaupun kak Ridwan dan Susan tak menyukai kak Willy, aku tetap
yakin jika suatu saat aku dan kak Willy akan bersama.
***
Tak terasa liburan akhirnya akan
tiba lagi. California akan menjadi tujuan keluargaku berlibur, sama dengan
liburan sebelumnya. Dan hari ini adalah hari terakhir dimana aku harus berangkat
sekolah, sebelum besok aku harus pergi mengunjungi nenek dan kakekku.
“iya San, besok gue berangkat.
Liburan kali ini kayaknya gue bakal kangen berat nih sama kak Willy, hehe”
“ah lo Vi, bukannya setiap liburan
yang paling lo kangenin tuh si Willy ya”
“ya, iya sih. Tapi lo tau kan satu
bulan ini gue lagi deket-deketnya sama dia. Gara-gara mawar itu loh San, lo
masih ingetkan ?”
Ya, liburan kali ini aku pasti akan
begitu rindu pada sosok pujaanku itu –walaupun benar apa yang dikatakan Susan,
setiap liburan yang membuat aku ingin cepat masuk sekolah ya kak Willy. Namun,
kali ini berbeda, sepertinya hari terakhir sekolah ini kak Willy akan
meresmikan hubungan kami. Entahlah aku begitu merasa yakin akan hari ini,
apalagi tadi pagi aku melihat kak Willy membawa setangkai bungan mawar sebelum
akhirnya dia masuk ke dalam kelasnya.
Di dalam kelas aku terus merasa
deg-degan, sepertinya Susan juga ikut deg-degan, namun dia bilang dia bukan
deg-degan karena kak Willy akan menyatakan perasaanya padaku, namun sebaliknya,
Susan takut jika aku hanya ke geer-an
saja.
“eh ayo ayo keluar, coba liat di
lapangan basket ada tontonan bagus” suara teman-teman kelasku silih berganti
mengatakan hal yang sama. Aku dan Susan begitu penasaran dengan apa yang telah
membuat hampir seluruh isi sekolah pergi ke lapangan basket.
“sudah lama aku terus mencari sosok
wanita yang cocok untukku. Terserah kalian, kalian mau mengatakan aku playboy, cowok pemberi harapan palsu,
terserah! Karena jujur, itu semua aku lakukan karena aku ingin mencari sosok
wanita yang pas untukku. Dan akhirnya aku menemukan wanita cantik yang sudah
mencuri perhatianku, dan itu adalah, Margaretta Putri. Retaa kamu maukan jadi
pacar aku ? kalau kamu mau kamu terimalah bungan mawar merah ini”
Semua bersorak, mengatakan
‘terima’. Mungkin hanya akulah yang sangat tak kuasa mengatakan ‘terima kak
Willy, Retta’ –maksudku aku dan banyak wanita yang merasa kegeer-an oleh kak Willy.
***
“kamu dingin Vi ?” aku mengangguk
dan memeluk lengannya semakin erat.
“mau pulang ?” aku menggelengkan
kepalaku.
“kakak sayang sama kamu Vi” dia
mengecup keningku.
Rasanya, tak ada yang lebih indah
dibandingkan dengan semua ini. Aku merasa aku sudah sangat begitu bodoh, karena
aku sudah bersikap seperti itu dulu. Aku selalu ingin sosok lelaki yang aku
puja dulu itu peka akan apa yang selalu aku perbuat untuknya. Namun, aku
sendirilah yang malah tak peka. Bodoh memang.
“Vi, sebenarnya selain kakak suka
sama kamu. Ada satu hal lagi yang dulu belum sempat kakak jujur sama kamu” kini
aku mengerutkan dahiku.
“memangnya apa kak ?”
“kamu masih ingatkan, dengan bunga
mawar yang dulu ada di depan pintu rumah kamu dulu ?”
“hah ? iya aku masih ingat kak,
dari cowo brengsek itukan ?”
Laki-laki itu melepaskan lenganya
yang sedari tadi telah membuat tubuhku begitu hangat.
“bukan Vi, itu bukan dari Willy.
Tapi itu aku yang kasih. Maaf Vi aku kurang begitu berani buat ngasih kamu
bunga langsung. Aku pengecut Vi”
Aku begitu terkejut dengan apa yang
telah aku dengar. Rasanya aku ingin berteriak, dan aku begitu sangat marah. Hampir
kurang lebih lima menit aku diam dan menekuk wajahku, sementara kak Ridwan kini
berhenti menangisi penyesalannya.
“kamu kenapa Vi ? kamu marah” suara
laki-laki itu begitu terdengar lirih ditelingaku.
“iya kak, aku marah. Aku marah pada
diriku sendiri kak. Maafkan aku kak, maaf” kini tangisku lah yang pecah. Aku
memeluk erat kekasih baruku itu.
“Vi, kakak sayang dan cinta sama
kamu. Mungkin dulu kakak begitu kurang pemberani, sehingga kakak hanya menganggapmu
adik. Tapi ketahuilah, status kakak dan adik itu hanyalah bentuk pelampiasan
ketakutan aku untuk mencintaimu.”
Slotyro Casino Hotel and Spa - MapyRO
BalasHapusFind the cheapest and quickest 논산 출장안마 way to get from Slotyro Casino Hotel and Spa to 김포 출장안마 T-Mobile Arena Theatre Theatre 창원 출장마사지 Theatre Theatre Theatre Theatre Theatre Theatre 대전광역 출장마사지 Theatre Theatre Theatre Theatre Theatre Theatre Theatre Theatre Theatre 당진 출장샵 Theatre Theatre
jj057 louis vuitton outlet sz504
BalasHapus