Rabu, 20 Maret 2013

selalu ada asap rokok di antara kami (2/3)




“lo suka sama Bara ? pantesan tiap gue minta anter buat nemuin si Bara lo mau terus, huuu” Kali ini aku sedang duduk berdua dengan Rendi, aku memberanikan diri untuk mengatakan semuanya pada Rendi, Rendi adalah sahabatku,teman sekelasku dan Rendi juga adalah teman futsal Bara. “yampun Ren, lo kalo ngomong jangan keras-keras kalau ada yang denger gimana ?” aku menutup mulut Rendi sebagai tanda agar Rendi tak berbicara keras, karna kami kali itu sedang duduk di bangku paling belakang di dalam kelas, memang teman yang lain sedang memperhatikan guru Matematika di depankelas,dan tak memerhatikan kami, namun aku takut suara Rendi membuat guru itu melihat kami yang tak memerhatikan pelajaran kali ini. Aku mengatakan semuanya pada Rendi, aku mengatakan bahwa awal aku suka pada Bara bukanlah karna aku terkesima ketika melihat dia bermain futsal, seperi teman-temanku yang lainnya yang sama-sama menyukai Bara, tapi ketika aku melihat Bara sedang di hukum
oleh salah satu guru pengajar bahasa asing. Ketika kali itu aku melihat Bara, aku seperti terbang ,aku seperti  melihat malaikat-malikat cinta yang membawa panah cintanya, aku benar-benar jatuh cinta pada Bara, cinta pada pandangan pertama. Walaupun sebenarnya ketika aku sedang memandangi Bara dari kejauhan, Bara sama sekali tak melihat kearahku sedikitpun. Itu adalah cerita dimana pertama aku jatuh cinta pada Bara, jatuh cinta diam-diam lebih tepatnya. Itu semua telah aku ceritakan pada Rendi.
Telah 2 minggu setelah kejadian dimana aku jatuh cinta pada Bara waktu itu, namun rasa ini malah makin besar untuk Bara, aku menghitung setiap minggu dari kejadian itu, aku selalu rajin untuk menemani Rendi bertemu dengan Bara walaupun sebenarnya kehadiranku di tengan Bara dan Rendi tak ada gunanya dan aku begitu sangat gugup, tapi aku senang, aku dapat berkenalan dengan Bara, aku dapat berdekatan dengan Bara walaupun selalu ada Rendi, dan asap rokok di antara kami. Rendi telah berhasil mengenalkan aku pada Bara, memang kami hanya berkenal “namaku Sera, dan namaku Bara” namun aku harap itu akan menjadi awal yang baik untuk kami.
Setiap hari aku begitu bersemangat untuk pergi sekolah, aku begitu bersemangat untuk pelajaran tambahan yang di khususkan untuk kels 3, aku begitu ceria untuk masuk gerbang sekolah. Tapi aku benci ketika guru yang mengajar di kelasku datang, sedangkan guru yang mengajar di kelasnya tidak datang, atau mungkin sebaliknya, karna aku tak ingin melewatkan waktu sedikitpun untuk memandangi orang itu walaupun orang itu yang tak pernah memandangku balik.  Aku selalu berusaha mencari perhatiannya, aku selalu mondar-mandir dengan berbicara keras di depan kelasnya. Dalam kelaspun aku ingin segera keluar, aku tak pernah focus mengikuti setiap pelajaran, aku selalu melihat jam dinding, aku tak sabar dengan bel istirahat, aku tak sabar untuk pergi ke kantin, aku tak sabar untuk melihatnya tertawa renyah dengan kawan futsalnya di kantin. Aku selalu cemas jika tak melihatnya, aku selalu mencari informasi jika dia tak masuk sekolah, aku selalu rajin membuka twitternya, aku selalu geer ketika dia memperbaharui status di bbmnya atau status twitternya, aku selalu bete ketika ada perempuan lain yang meminta follback kepadanya, dan aku selalu cemburu ketika dia memasang status “gdlv” di bbmnya. Untuk siapakah itu? bukankah kita sedang tidak berkomunikasi.
Walaupun begitu, aku dan Bara makin hari makin dekat karna kami sama-sama sibuk untuk pelajaran tambahan, kita selalu pulang pada sore hari. Ini adalah minggu ke 12 semenjak kejadian waktu itu, kejadian Bara di hukum, dan aku suka. Bara sudah kali kedua mengantarku pulang, Bara sempat beberapakali mengajak ku berbicara duluan, Bara sempat kirim aku pesan di bbm, walaupun sebenarnya Rendi meminjam BB ku untuk menghubungi Bara, namun tak masalah yang penting Bara tahu namaku ada dalam kontak bbmnya , kita memang begitu dekat untuk beberapa minggu ini, tapi Bara tak juga mengatakan Cinta. Apakah harus aku yang memulai ? Atau aku terlalu banyak berharap ?
Aku begitu mencintai Bara, tapi aku benar-benar tak berani, bahkan aku takut ketika Bara menatapku, walaupun yang aku tahu Bara tak pernah menatapku, aku hanya berani menatapnya jika dia tak menatapku, dan memang selalu seperti itu, sebenarnya aku selalu menolak jika Bara menawarkanku pulang bersama, makanya hanya beberapa kali saja Bara mengantarkanku, itupun dia memaksa karna hari itu hampir malam, dan aku benar-benar gugup. Pokoknya aku tak berani menyatakan apapun, bahkan aku sempat berfikir agar Bara tak usah tahu jika aku menyukainya, walaupun aku tahu Rendi pasti telah membongkar semua rahasiaku.
Aku takut aku hanya terlalu banyak berharap, aku akan menyimpan rasa ini, walaupun rasa penasaran selalu menghampiriku sampai kami lulus SMA.
***
Hari itu adalah hari kekelusan sekolahku. Namun aku sama sekali tak mengharapkan hari itu. Aku tak siap untuk meninggalkan Sekolahku,aku tak siap untuk meninggalkan sahabat-sahabatku, aku tak siap untuk meninggalkan semua kenangan selama 3 tahun ini, dan aku benar-benar tak siap untuk berpisah dengan Bara. Satu minggu sebelum hari kelulusan itu aku dan Bara sempat berbincang masalah perguruan tinggi, ini adalah kali pertama aku duduk berdua dengan Bara tanpa Rendi, namun tetap ada asap rokok, walaupun aku tak melihat rokok itu tapi aku yakin sebelum aku datang menghampiri Bara, dia tengah merokok. “oh ya Bar, nanti lo bakal lanjut kuliah dimana ?” aku mencoba memberanikan diri untuk membuka pembicaraan dengan Bara, kali itu kami berdua sedang duduk di sebuah bangku yang tepat langsung menghadap lapangan basket sekolah kami. “gue pingin ngerasain suasana baru, gue pingin lanjutin sekolah di luar Bandung.” Itu adalah jawaban yang sama sekali aku tak ingin dengar dari mulut Bara, aku tak ingin kami berpisah aku tak ingin dia melanjutkan sekolah di luar kota. “apa buat dapetin suasana baru mesti pergi keluar kota?” bukan hanya aku berani memulai pembicaraan dengan Bara, sekarang aku berani menatap Bara, walaupun memang Bara sama sekali tak menatapku, dia hanya focus memperhatikan beberapa orang yang sedang bermain basket di lapangan. Pertanyaan ku sampai saat ini tak di jawab Bara, karna ketika Bara akan menjawab, bel masuk setelah istirahat berbunyi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar