“lo suka sama Bara ? pantesan tiap gue minta anter buat
nemuin si Bara lo mau terus, huuu” Kali ini aku sedang duduk berdua dengan
Rendi, aku memberanikan diri untuk mengatakan semuanya pada Rendi, Rendi adalah
sahabatku,teman sekelasku dan Rendi juga adalah teman futsal Bara. “yampun Ren,
lo kalo ngomong jangan keras-keras kalau ada yang denger gimana ?” aku menutup
mulut Rendi sebagai tanda agar Rendi tak berbicara keras, karna kami kali itu
sedang duduk di bangku paling belakang di dalam kelas, memang teman yang lain
sedang memperhatikan guru Matematika di depankelas,dan tak memerhatikan kami,
namun aku takut suara Rendi membuat guru itu melihat kami yang tak memerhatikan
pelajaran kali ini. Aku mengatakan semuanya pada Rendi, aku mengatakan bahwa
awal aku suka pada Bara bukanlah karna aku terkesima ketika melihat dia bermain
futsal, seperi teman-temanku yang lainnya yang sama-sama menyukai Bara, tapi
ketika aku melihat Bara sedang di hukum
oleh salah satu guru pengajar bahasa asing. Ketika kali itu
aku melihat Bara, aku seperti terbang ,aku seperti melihat malaikat-malikat cinta yang membawa
panah cintanya, aku benar-benar jatuh cinta pada Bara, cinta pada pandangan
pertama. Walaupun sebenarnya ketika aku sedang memandangi Bara dari kejauhan,
Bara sama sekali tak melihat kearahku sedikitpun. Itu adalah cerita dimana
pertama aku jatuh cinta pada Bara, jatuh cinta diam-diam lebih tepatnya. Itu
semua telah aku ceritakan pada Rendi.
Telah 2 minggu setelah kejadian dimana aku jatuh cinta pada
Bara waktu itu, namun rasa ini malah makin besar untuk Bara, aku menghitung
setiap minggu dari kejadian itu, aku selalu rajin untuk menemani Rendi bertemu
dengan Bara walaupun sebenarnya kehadiranku di tengan Bara dan Rendi tak ada
gunanya dan aku begitu sangat gugup, tapi aku senang, aku dapat berkenalan
dengan Bara, aku dapat berdekatan dengan Bara walaupun selalu ada Rendi, dan
asap rokok di antara kami. Rendi telah berhasil mengenalkan aku pada Bara,
memang kami hanya berkenal “namaku Sera, dan namaku Bara” namun aku harap itu
akan menjadi awal yang baik untuk kami.
Setiap hari aku begitu bersemangat untuk pergi sekolah, aku
begitu bersemangat untuk pelajaran tambahan yang di khususkan untuk kels 3, aku
begitu ceria untuk masuk gerbang sekolah. Tapi aku benci ketika guru yang
mengajar di kelasku datang, sedangkan guru yang mengajar di kelasnya tidak
datang, atau mungkin sebaliknya, karna aku tak ingin melewatkan waktu
sedikitpun untuk memandangi orang itu walaupun orang itu yang tak pernah
memandangku balik. Aku selalu berusaha
mencari perhatiannya, aku selalu mondar-mandir dengan berbicara keras di depan
kelasnya. Dalam kelaspun aku ingin segera keluar, aku tak pernah focus mengikuti
setiap pelajaran, aku selalu melihat jam dinding, aku tak sabar dengan bel
istirahat, aku tak sabar untuk pergi ke kantin, aku tak sabar untuk melihatnya
tertawa renyah dengan kawan futsalnya di kantin. Aku selalu cemas jika tak
melihatnya, aku selalu mencari informasi jika dia tak masuk sekolah, aku selalu
rajin membuka twitternya, aku selalu geer ketika dia memperbaharui status di bbmnya atau status twitternya, aku selalu bete
ketika ada perempuan lain yang meminta
follback kepadanya, dan aku selalu cemburu ketika dia memasang status “gdlv” di bbmnya. Untuk siapakah itu? bukankah kita sedang tidak
berkomunikasi.
Walaupun begitu, aku dan Bara makin hari makin dekat karna
kami sama-sama sibuk untuk pelajaran tambahan, kita selalu pulang pada sore
hari. Ini adalah minggu ke 12 semenjak kejadian waktu itu, kejadian Bara di
hukum, dan aku suka. Bara sudah kali kedua mengantarku pulang, Bara sempat
beberapakali mengajak ku berbicara duluan, Bara sempat kirim aku pesan di bbm, walaupun sebenarnya Rendi meminjam BB ku untuk menghubungi Bara, namun tak
masalah yang penting Bara tahu namaku ada dalam kontak bbmnya , kita memang begitu dekat untuk beberapa minggu ini, tapi
Bara tak juga mengatakan Cinta. Apakah harus aku yang memulai ? Atau aku
terlalu banyak berharap ?
Aku begitu mencintai Bara, tapi aku benar-benar tak berani,
bahkan aku takut ketika Bara menatapku, walaupun yang aku tahu Bara tak pernah
menatapku, aku hanya berani menatapnya jika dia tak menatapku, dan memang
selalu seperti itu, sebenarnya aku selalu menolak jika Bara menawarkanku pulang
bersama, makanya hanya beberapa kali saja Bara mengantarkanku, itupun dia
memaksa karna hari itu hampir malam, dan aku benar-benar gugup. Pokoknya aku
tak berani menyatakan apapun, bahkan aku sempat berfikir agar Bara tak usah
tahu jika aku menyukainya, walaupun aku tahu Rendi pasti telah membongkar semua
rahasiaku.
Aku takut aku hanya terlalu banyak berharap, aku akan
menyimpan rasa ini, walaupun rasa penasaran selalu menghampiriku sampai kami
lulus SMA.
***
Hari itu adalah hari kekelusan sekolahku. Namun aku sama
sekali tak mengharapkan hari itu. Aku tak siap untuk meninggalkan Sekolahku,aku
tak siap untuk meninggalkan sahabat-sahabatku, aku tak siap untuk meninggalkan
semua kenangan selama 3 tahun ini, dan aku benar-benar tak siap untuk berpisah
dengan Bara. Satu minggu sebelum hari kelulusan itu aku dan Bara sempat
berbincang masalah perguruan tinggi, ini adalah kali pertama aku duduk berdua dengan
Bara tanpa Rendi, namun tetap ada asap rokok, walaupun aku tak melihat rokok
itu tapi aku yakin sebelum aku datang menghampiri Bara, dia tengah merokok. “oh
ya Bar, nanti lo bakal lanjut kuliah dimana ?” aku mencoba memberanikan diri
untuk membuka pembicaraan dengan Bara, kali itu kami berdua sedang duduk di
sebuah bangku yang tepat langsung menghadap lapangan basket sekolah kami. “gue
pingin ngerasain suasana baru, gue pingin lanjutin sekolah di luar Bandung.” Itu
adalah jawaban yang sama sekali aku tak ingin dengar dari mulut Bara, aku tak
ingin kami berpisah aku tak ingin dia melanjutkan sekolah di luar kota. “apa
buat dapetin suasana baru mesti pergi keluar kota?” bukan hanya aku berani
memulai pembicaraan dengan Bara, sekarang aku berani menatap Bara, walaupun
memang Bara sama sekali tak menatapku, dia hanya focus memperhatikan beberapa
orang yang sedang bermain basket di lapangan. Pertanyaan ku sampai saat
ini tak di jawab Bara, karna ketika Bara akan menjawab, bel masuk setelah
istirahat berbunyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar