Selasa, 30 April 2013

bahagia, dimanakah kau berada ? (2/2)




Siang itu begitu panas menyengat, aku lupa sudah berapa hari aku tak makan nasi. Dengan perut kosong aku, bernyanyi dari mobil ke mobil. Benar-benar menyakitkan, tak banyak orang yang memperhatikan orang sepertiku. Bahkan ketika aku sampai di dekat mobil, para penumpang cepat menutup kaca mobil mereka. Mungkin bagi mereka orang sepertiku benar-benar orang yang menjijikan, seperti apa yang telah dikatakan teman sekolahku dulu bahwa orang sepertiku bagi mereka hanyalah seperti bangkai seekor kucing kampung yang bau.
“nama adik siapa ?”
“Lala”
Kali ini, aku berhasil berkenalan dengan seorang wanita cantik kira-kira berumur 30 tahun. Dia menawarkanku sebuah pekerjaan di rumahnya, seperti yang sebelumya wanita ini menjanjikan padaku makanan dan tempat yang layak. Tanpa berfikir panjang lagi aku lantas menyetujui tawaran wanita itu, karena aku fikir wanita itu tak terlihat jahat. Aku benar-benar di bawa ke tempat tinggal wanita itu. Tempat tinggal yang sederhana, namun sepertinya hangat, karena ketika aku baru sampai di halaman rumah pun, ternyata sudah banyak gadis-gadis remaja seusia denganku. Mereka sedang menyapu, menyiram bunga, ah pokoknya aku benar-benar merasa beruntung dapat bertemu wanita ini. Mungkin, wanita ini adalah malaikat dan akan menjadi batu loncatan untuk kebahagiaanku. Sebuah kamar kosong, akhirnya menjadi kamarku. Tak terlalu besar memang, namun bagiku ini sudah lebih dari cukup. Setiap hari aku tak kekurang makan, aku memiliki banyak teman, wanita itu benar-benar seperti malaikat, ia begitu ramah dan baik hati. Namun, aku masih sangat bingung apa maksud dari wanita ini begitu baik pada kami, pada 15 gadis yang kebanyakan berasal dari jalanan. Namun, aku tak mau jika harus berfikiran buruk pada wanita yang telah menjadi penolongku ini. Aku sudah menganggapnya ibuku sendiri, dan sudah 5 bulan aku tinggal bersama wanita ini, namun kejanggalan sedikit demi sedikit mulai terasa. Setiap hari ada saja gadis yang ia bawa pulang ke rumah, bahkan sekarang sudah mencapai 30 gadis. Selain itu, wanita yang dulu cantik memakai jilbab, kini dia membuka jilbabnya. Rambutnya yang berwarna pirang, bibirnya yang setiap saat terlihat merah merona, pakaian yang serba loreng, dan juga perhiasan yang mampu menutupi seluruh hutang ayahku dikampung jika dijual, benar-benar membuatku tambah merasa janggal. Di tambah sikapnya yang tak seramah dulu, benar-benar membuatku takut.
Aku benar-benar terkejut ketika mendengar pengakuan salah satu gadis yang sekamar denganku, dia mengaku bahwa dia baru saja mendengar bahwa sebenarnya kami di kumpulkan oleh wanita itu, untuk di jual ke luar negeri. Sial, baru saja keluar dari kandang harimau sekarang masuk kandang singa.
“kau tak membohongi kami kan?”
“tidak, kak Lala aku berani sumpah, di telfon wanita itu menjanjikan besok”
“besok ? jadi besok kita akan pergi ke bandara ?”
“iya, kak Lala, wanita itu mengatakan jika 30 gadis sudah siap dikirimkan”
Aku benar-benar percaya dengan apa yang gadis itu ucapkan. Selain karena dia mengatakannya dengan menangis, aku percaya karena memang banyak kejanggalan yang sudah aku rasakan pada wanita itu. Aku benar-benar tak tau harus berbuat apa, tempat tinggal ini benar-benar jauh dari keramaian. Tak ada cara lain, aku harus mengulangi apa yang telah aku lakukan dulu, aku harus pergi melarikan diri. Aku tak mau jika aku harus di jual ke luar negeri sementara keluargaku semua ada di sini, aku tak mau. Kini semua gadis berkumpul di kamarku, semua gadis ini benar-benar terlihat cemas untuk menunggu hari esok.
“kak Lala aku tak mau pergi ke luar negeri”
“sudahlah berhenti menangis, kakak akan mencari jalan keluarnya”
Semua gadis-gadis ini, telah menganggapku kakak, dan para gadis ini benar-benar mempercayakan keselamatan jiwa mereka padaku. Akhirnya mereka semua telah tertidur, walaupun aku yakin rasa cemas tetap menyelimuti perasaan mereka. Apa yang harus aku lakukan dengan 29 gadis ini Tuhan. Kebahagiaan, apa kau hanya mampu datang padaku selama 5 bulan ?
Suara ayam berkokok, dan suara tangisan 29 gadis ini benar-benar berhasil membangunkanku.
“kak Lala, bagaimana ini ? jam 6 tinggal 2 jam lagi”
“apa ? jam 6 kita akan berangkat?”
“iya kak, ayo kita harus bagaimana?”
“sekarang juga kita harus lari”
“kabur ? aku tak mau kabur kak, aku takut”
“takut ? bukankah kamu yang semalam tak ingin pergi, mengapa sekarang kau malah seperti ini?”
“maafkan aku kak, namun jika jalan keluarnya kabur kami tak berani”
Ah, aku benar-benar serba salah, lagi-lagi mereka membiarkan aku menyelamatkan diri sendiri. Apa sekarang aku harus melakukan hal yang sama ? ya Tuhan, tolong aku !
“jadi kalian benar tak ingin ikut dengan ku ?”
“tidak kak Lala, kak Lala saja, kasihan ibu dan ayah kak Lala”
“lantas kalian ?”
“biarkan saja, kami pergi kak, cepat kak, kakak mesti pergi sekarang”
Aku menuruti apa yang mereka katakan. Lagi-lagi aku berlari di tengah orang-orang yang tengah terlelap. Aku terus berlari, aku berlari berlomba dengan air mata yang terus mengalir. “maafkan aku teman-teman”.
Akhirnya aku kini berada di tengah keramain, aku sudah benar-benar jauh dari tempat itu, tempat yang aku anggap indah namun ternyata mengerikan. Aku melihat ke udara, suara pesawat terbang benar-benar merasuk ke dalam jiwaku. Suara pesawat terbang itu benar-benar mampu menggambarkan kepedihan gadis-gadis yang akan di jual oleh wanita brengsek itu.
                                                                           ***
Sebenarnya aku benar-benar malu untuk kembali ke kampung, ke rumah ayah dan ibuku. Namun aku tak tahu dengan apa yang harus aku lakukan setelah keluarnya aku dari wanita itu. Aku tak tahu nasib buruk apalagi yang akan aku dapatkan. Akhirnya aku sampai di depan rumah ini, rumah yang benar-benar hangat, yang sempat aku sia-siakan. Pelukan ayah dan ibuku benar-benar membuatku semakin merasa bersalah.
Kini umurku 18 tahun, aku di jodohkan oleh ayahku pada Yahya. Dia adalah seorang pengusaha, usianya 10 tahun lebih tua dariku, ayah dan ibuku benar-benar setuju jika aku menikah dengan Yahya, karena mereka fikir jika Yahya mampu memberikaku kebahagiaan. Namun, kenyataannya usaha layangan Yahya, benar-benar tak cukup untuk membahagiakanku. Kami akhirnya menikah, namun tak bertahan lama. Sebelum anak kami lahir, Yahya telah di panggil oleh Yang Maha Kuasa, karena dia mengidap penyakit TBC. Yahya meninggalkan aku, calon anaknya, dan hutang-hutangnya. Lagi-lagi aku benar-benar di buat menderita dengan apa yang aku dapatkan. Menikah ? Bahagia ? kepahitan yang aku rasakan. Ketika aku masih mengandung, aku harus tetap mencari uang. Dahulu aku sama sekali tak merasakan indahnya masa remaja, dan saat ini aku sedang mengandung akupun sama sekali tak merasakan indahnya di manja oleh suami. Kebahagian? Mengapa kau tak juga kunjung datang ? Apakah kau pun jijik padaku ?
Akhirnya, anakku lahir. Aku memberikannya nama Dimas Sangga. Akupun memiliki pekerjaan yaitu sebagi pembantu rumah tangga. Majikanku sangat begitu baik padaku dan Dimas. Namun, aku tak merasakan kebahagiaan, aku sempat meminta izin untuk mengundurkan diri dari pekerjaan ku ini, namun akhirnya setelah 25 tahun, aku baru merasakan dimana kesalahanku sehingga kebahagiaan tak lantas datang padaku, itu semua karena aku tak pandai bersyukur! Sejak kecil, sebenarnya aku sudah bahagia dengan keluarga ku yang harmonis, dan juga kecerdasanku. Namun, karena aku tak pandai bersyukur akhirnya aku mendapatkan kesialan yang berubi-tubi seperti ini. seharusnya aku tahu jika kebahagian itu tak usah di kejar, karena sesungguhnya kebahagiaan itu sangat dekat denganku, kebahagiaan ada di dalam hatiku. Namun, aku sangat begitu bodoh karena mengganggap bahwa kebahagian itu bersumber pada uang, kekayaan, dan kemewahan. ya Tuhan, maafkan aku. Dan Terimakasih Tuhan atas segala pengalaman berharga yang telah engkau berikan ini, dan terimakasih Tuhan, kau mengirimkan kedua orangtuaku, anakku, dan juga majikanku yang benar-benar telah membuat aku sadar, bahwa aku harus selalu bersyukur padamu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar