Siang itu begitu panas
menyengat, aku lupa sudah berapa hari aku tak makan nasi. Dengan perut kosong
aku, bernyanyi dari mobil ke mobil. Benar-benar menyakitkan, tak banyak orang
yang memperhatikan orang sepertiku. Bahkan ketika aku sampai di dekat mobil,
para penumpang cepat menutup kaca mobil mereka. Mungkin bagi mereka orang
sepertiku benar-benar orang yang menjijikan, seperti apa yang telah dikatakan
teman sekolahku dulu bahwa orang sepertiku bagi mereka hanyalah seperti bangkai
seekor kucing kampung yang bau.
“nama adik siapa ?”
“Lala”
“Lala”
Kali ini, aku berhasil
berkenalan dengan seorang wanita cantik kira-kira berumur 30 tahun. Dia menawarkanku
sebuah pekerjaan di rumahnya, seperti yang sebelumya wanita ini menjanjikan
padaku makanan dan tempat yang layak. Tanpa berfikir panjang lagi aku lantas
menyetujui tawaran wanita itu, karena aku fikir wanita itu tak terlihat jahat. Aku
benar-benar di bawa ke tempat tinggal wanita itu. Tempat tinggal yang
sederhana, namun sepertinya hangat, karena ketika aku baru sampai di halaman
rumah pun, ternyata sudah banyak gadis-gadis remaja seusia denganku. Mereka sedang
menyapu, menyiram bunga, ah pokoknya aku benar-benar merasa beruntung dapat
bertemu wanita ini. Mungkin, wanita ini adalah malaikat dan akan menjadi batu
loncatan untuk kebahagiaanku. Sebuah kamar kosong, akhirnya menjadi kamarku. Tak
terlalu besar memang, namun bagiku ini sudah lebih dari cukup. Setiap hari aku
tak kekurang makan, aku memiliki banyak teman, wanita itu benar-benar seperti
malaikat, ia begitu ramah dan baik hati. Namun, aku masih sangat bingung apa
maksud dari wanita ini begitu baik pada kami, pada 15 gadis yang kebanyakan
berasal dari jalanan. Namun, aku tak mau jika harus berfikiran buruk pada
wanita yang telah menjadi penolongku ini. Aku sudah menganggapnya ibuku
sendiri, dan sudah 5 bulan aku tinggal bersama wanita ini, namun kejanggalan
sedikit demi sedikit mulai terasa. Setiap hari ada saja gadis yang ia bawa
pulang ke rumah, bahkan sekarang sudah mencapai 30 gadis. Selain itu, wanita
yang dulu cantik memakai jilbab, kini dia membuka jilbabnya. Rambutnya yang
berwarna pirang, bibirnya yang setiap saat terlihat merah merona, pakaian yang
serba loreng, dan juga perhiasan yang mampu menutupi seluruh hutang ayahku
dikampung jika dijual, benar-benar membuatku tambah merasa janggal. Di tambah
sikapnya yang tak seramah dulu, benar-benar membuatku takut.
Aku benar-benar
terkejut ketika mendengar pengakuan salah satu gadis yang sekamar denganku, dia
mengaku bahwa dia baru saja mendengar bahwa sebenarnya kami di kumpulkan oleh
wanita itu, untuk di jual ke luar negeri. Sial, baru saja keluar dari kandang
harimau sekarang masuk kandang singa.
“kau tak membohongi
kami kan?”
“tidak, kak Lala aku
berani sumpah, di telfon wanita itu menjanjikan besok”
“besok ? jadi besok
kita akan pergi ke bandara ?”
“iya, kak Lala, wanita
itu mengatakan jika 30 gadis sudah siap dikirimkan”
Aku benar-benar percaya
dengan apa yang gadis itu ucapkan. Selain karena dia mengatakannya dengan
menangis, aku percaya karena memang banyak kejanggalan yang sudah aku rasakan
pada wanita itu. Aku benar-benar tak tau harus berbuat apa, tempat tinggal ini
benar-benar jauh dari keramaian. Tak ada cara lain, aku harus mengulangi apa
yang telah aku lakukan dulu, aku harus pergi melarikan diri. Aku tak mau jika
aku harus di jual ke luar negeri sementara keluargaku semua ada di sini, aku
tak mau. Kini semua gadis berkumpul di kamarku, semua gadis ini benar-benar
terlihat cemas untuk menunggu hari esok.
“kak Lala aku tak mau
pergi ke luar negeri”
“sudahlah berhenti
menangis, kakak akan mencari jalan keluarnya”
Semua gadis-gadis ini,
telah menganggapku kakak, dan para gadis ini benar-benar mempercayakan keselamatan
jiwa mereka padaku. Akhirnya mereka semua telah tertidur, walaupun aku yakin
rasa cemas tetap menyelimuti perasaan mereka. Apa yang harus aku lakukan dengan
29 gadis ini Tuhan. Kebahagiaan, apa kau hanya mampu datang padaku selama 5
bulan ?
Suara ayam berkokok, dan suara tangisan 29 gadis ini benar-benar berhasil membangunkanku.
Suara ayam berkokok, dan suara tangisan 29 gadis ini benar-benar berhasil membangunkanku.
“kak Lala, bagaimana
ini ? jam 6 tinggal 2 jam lagi”
“apa ? jam 6 kita akan
berangkat?”
“iya kak, ayo kita
harus bagaimana?”
“sekarang juga kita
harus lari”
“kabur ? aku tak mau
kabur kak, aku takut”
“takut ? bukankah kamu
yang semalam tak ingin pergi, mengapa sekarang kau malah seperti ini?”
“maafkan aku kak, namun
jika jalan keluarnya kabur kami tak berani”
Ah, aku benar-benar
serba salah, lagi-lagi mereka membiarkan aku menyelamatkan diri sendiri. Apa sekarang
aku harus melakukan hal yang sama ? ya Tuhan, tolong aku !
“jadi kalian benar tak
ingin ikut dengan ku ?”
“tidak kak Lala, kak
Lala saja, kasihan ibu dan ayah kak Lala”
“lantas kalian ?”
“biarkan saja, kami
pergi kak, cepat kak, kakak mesti pergi sekarang”
Aku menuruti apa yang
mereka katakan. Lagi-lagi aku berlari di tengah orang-orang yang tengah
terlelap. Aku terus berlari, aku berlari berlomba dengan air mata yang terus
mengalir. “maafkan aku teman-teman”.
Akhirnya aku kini
berada di tengah keramain, aku sudah benar-benar jauh dari tempat itu, tempat
yang aku anggap indah namun ternyata mengerikan. Aku melihat ke udara, suara
pesawat terbang benar-benar merasuk ke dalam jiwaku. Suara pesawat terbang itu
benar-benar mampu menggambarkan kepedihan gadis-gadis yang akan di jual oleh
wanita brengsek itu.
***
Sebenarnya aku
benar-benar malu untuk kembali ke kampung, ke rumah ayah dan ibuku. Namun aku
tak tahu dengan apa yang harus aku lakukan setelah keluarnya aku dari wanita
itu. Aku tak tahu nasib buruk apalagi yang akan aku dapatkan. Akhirnya aku
sampai di depan rumah ini, rumah yang benar-benar hangat, yang sempat aku
sia-siakan. Pelukan ayah dan ibuku benar-benar membuatku semakin merasa
bersalah.
Kini umurku 18 tahun, aku
di jodohkan oleh ayahku pada Yahya. Dia adalah seorang pengusaha, usianya 10
tahun lebih tua dariku, ayah dan ibuku benar-benar setuju jika aku menikah
dengan Yahya, karena mereka fikir jika Yahya mampu memberikaku kebahagiaan. Namun,
kenyataannya usaha layangan Yahya, benar-benar tak cukup untuk membahagiakanku.
Kami akhirnya menikah, namun tak bertahan lama. Sebelum anak kami lahir, Yahya
telah di panggil oleh Yang Maha Kuasa, karena dia mengidap penyakit TBC. Yahya
meninggalkan aku, calon anaknya, dan hutang-hutangnya. Lagi-lagi aku
benar-benar di buat menderita dengan apa yang aku dapatkan. Menikah ? Bahagia ?
kepahitan yang aku rasakan. Ketika aku masih mengandung, aku harus tetap
mencari uang. Dahulu aku sama sekali tak merasakan indahnya masa remaja, dan
saat ini aku sedang mengandung akupun sama sekali tak merasakan indahnya di
manja oleh suami. Kebahagian? Mengapa kau tak juga kunjung datang ? Apakah kau
pun jijik padaku ?
Akhirnya, anakku lahir.
Aku memberikannya nama Dimas Sangga. Akupun memiliki pekerjaan yaitu sebagi
pembantu rumah tangga. Majikanku sangat begitu baik padaku dan Dimas. Namun,
aku tak merasakan kebahagiaan, aku sempat meminta izin untuk mengundurkan diri
dari pekerjaan ku ini, namun akhirnya setelah 25 tahun, aku baru merasakan
dimana kesalahanku sehingga kebahagiaan tak lantas datang padaku, itu semua
karena aku tak pandai bersyukur! Sejak kecil, sebenarnya aku sudah bahagia
dengan keluarga ku yang harmonis, dan juga kecerdasanku. Namun, karena aku tak
pandai bersyukur akhirnya aku mendapatkan kesialan yang berubi-tubi seperti
ini. seharusnya aku tahu jika kebahagian itu tak usah di kejar, karena
sesungguhnya kebahagiaan itu sangat dekat denganku, kebahagiaan ada di dalam
hatiku. Namun, aku sangat begitu bodoh karena mengganggap bahwa kebahagian itu
bersumber pada uang, kekayaan, dan kemewahan. ya Tuhan, maafkan aku. Dan Terimakasih
Tuhan atas segala pengalaman berharga yang telah engkau berikan ini, dan
terimakasih Tuhan, kau mengirimkan kedua orangtuaku, anakku, dan juga majikanku
yang benar-benar telah membuat aku sadar, bahwa aku harus selalu bersyukur
padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar