Senin, 08 April 2013

warna cat rumahmu masih tetap sama, merah muda. (2/2)

cerita sebelumnya : warna cat rumahmu masih tetap sama, merah muda. (1/2)

Bagas tak mengucap apapun ketika ia masuk ke dalam rumah. Bagas cepat berlari menuju kamarnya, dan tak memperdulikan Riani yang masih tak sadar di dalam kamar.
“mbok, gimana keadaan Riani ?“
“Alhamdulillah bu, Riani sudah sadar”
“saya ucapkan beribu maaf ya mbok atas sikapnya Bagas, nanti jika saya pulang saya pasti akan menasihati bagas”
“ya bu, tak apa-apa saya dan Riani sudah benar-benar memaafkan den Bagas”
“iya mbok terimakasih, ya sudah telfonnya saya tutup dulu ya”
Tuttttt…

Hari ini adalah kepulangan bu Dewi dari Surabaya. Bu Dewi memang telah sebulan meninggalkan rumah untuk masalah pekerjaannya, begitupun dengan pak Reno.
“mbok mami sama papi kapan pulangnya ?”
“ibu bilang nanti den habis dhuzur pasti sampai rumah”
“oh bagus deh, aku berangkat ya mbok”
Seperti hari-hari sebelumnya Bagas dan Riani masih tetap berangkat bersama. Dalam kelaspun masih tetap sama, Riani tetap menjadi bahan permainan Bagas dan teman-temannya. Namun Bagas, hari ini dia terlihat begitu kesal dengan kelakuan teman-temannya lagi.
“Bagas, kamu tadi berangkat bareng Riani ya”
“enggak”
“bohong! Tadi aku liat kamu sama Riani. Cieee”
Bagas benar-benar tak tahan dengan perkataan teman-temannya yang selalu menyudutkannya dengan Riani. Namun Riani, seperti biasa ia hanya tersenyum.

“ayo jalan mang”
“loh den itu ko pintu mobil sudah di tutup kan di luar ada non Riani”
“gak mau pokoknya jalan, aku tak mau dengan Riani”
Mobilpun melaju, aku yakin Riani merasa benar-benar bingung, begitupun mang Ading ia adalah supir yang selalu mengantar jemput Bagas dan Riani. Riani adalah anak yang benar-benar tak ingin membuat orang lain menjadi susah, Riani berusaha untuk pulang sendiri, walaupun aku benar-benar tak yakin Riani mampu.

“loh ini sudah malam dimana Riani mang?”
“saya sudah cari dimana-dimana mbok tapi non Riani tidak ada”
“ya Allah Gusti dimana Riani.” Mbok Neni benar-benar sedih dengan hilangnya Riani. Bagas yang sejak siang tadi mengurung diri dalam kamar akhirnya membuka pintu, dan dapat diajak berbicara oleh ibunya, bu Dewi.
“Bagas sayang, kenapa kamu pulang sendiri?” bu Dewi terus membujuk Bagas yang tetap tak mau membuka mulut.
“Mami tak menyalahkan Bagas, tapi mami harap kamu jujur”
“Bagas gak mau terus di bilang pacaran sama Riani”
“loh siapa yang bilang seperti itu?”
“temen-temen mi, Bagas mau Riani pergi!”
“ya Allah, Bagas dengar mami ya. Mami dan papi sebenarnya berusaha untuk membalas budi pada Riani dan keluarganya. Apa kamu tahu rumah, pekerjaan mami dan papi itu awalnya adalah dari jasa papinya Riani. Apalagi Riani sekarang adalah yatim piatu memang telah seharusnya kita menyayanginya sayang”
Bu Dewi terus berusaha untuk menasihati Bagas, dan sampai akhirnya mbok Neni mendatangi bu Dewi.
“bu, sudahlah jangan marahi terus den Bagas, Riani sudah pulang kok”
“Alhamdulillah, sekarang dimana ? memang diantar siapa?”
“Riani sedang tidur bu, Alhamdulillah tadi diantar tukang ojek depan gang depan”
“Alhamdulillah”

Hari ini tak seperti biasanya. Hari ini adalah hari dimana mbok Neni dan Riani pergi dari kediaman bu Dewi dan pak Reno.
“mbok, kenapa mesti pergi? Saya minta maaf dengan kejadian kemarin yang telah Bagas perbuat pada Riani”
“bu Dewi, ini sama sekali tak ada hubungannya dengan kejadian kemarin. “
“ya sudahlah, mbok dan Riani hati-hati di jalan, dan jangan sungkan buat main ke rumah ini lagi ya”
Bu Dewi dan pak Reno memeluk Riani, begitupun dengan mang Ading. Suasanaan pada saat itu benar-benar membuat terharu.
“ayo kasih salam Gas, tuh Riani sudah mengulurkan tangan” bujuk bu Dewi. “ahh” namun, Bagas malah berteriak dan meninggalkan semua orang yang sedang berada di halaman rumah untuk  mengantar mbok dan Riani pergi. Itu adalah terakhir kalinya Bagas dan Riani bersama.
***
“apakah ini untuk Bagas?” aku benar-benar terlarut dalam kenangan. Namun secarik kertas berisi puisi yang aku yakin ciptaan Riani benar-benar berhasil membuatku lebih terharu.
AKU RINDU
AKU RINDU WARNA LANGIT
AKU RINDU WARNA BUNGA
AKU RINDU WARNA BATU
DAN AKU RINDU WARNA CAT RUMAHKU
AKU HARAP WARNANYA AKAN TETAP SAMA.
Puisi itu benar-benar indah bagiku. Ah aku benar-benar rindu senyum Riani.
“den, den Bagas sedang apa dikamar Riani? Ayo keluar kita makan”
“oh iya mbok,bentar lagi Bagas keluar, Bagas tutup pintu kamarnya dulu.”

Riani aku yakin,ketika kau pergi kau tak ingin meninggalkan luka untuk siapapun
Aku yakin kau pergi adalah keinginan mu sendiri
Namun Riani aku Rindu sosokmu
Aku rindu senyummu
Aku rindu ketika aku dan kamu di sudutkan oleh teman-teman kita dulu
Dan Riani kau tak usah khawatir aku memang tak jahat seperti apa yang kau fikir
Dan Riani kau juga tak usah khawatir warna cat rumahmu, masih tetap sama, merah muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar